Saat ini.....
Tiba rasa terjerat amarah
Tiba rasa terjerat lelah
Tiba rasa terjerat gundah
Dan kapan rasa terjerat ini akan punah?
Saat sang ratu amarah beradu
Raja manakah yang mau terganggu?
Sepertinya logika. Ya.. raja logikalah yang maju
Manakah yang menurutmu akan tetap melaju?
Sebenarnya sang empunya rasa sudah tahu
Siapakah yang tetep melaju dan layu
Tapi apakah guna semua itu, sang empunya rasa sedang tersendu
Bak seorang bisu yang tiada dapat memberitahu
Jadi siapakah menurutmu yang mengadu?
Jadi siapakah menurutmu yang memaku?
Jadi siapakah menurutmu yang meragu?
Itu semua pertanyaan kuno yang sesungguhnya sangat kaku
Pada saat amarah mengalahkan logika
Tiada lagi sang empunya mempunyai rasa
Pada saat amarah mengalahkan logika
Ucapan hatipun tiada ketara
Dan rasa apakah ini sebenarnya?
Rasa tak bersua yang menyisakan luka
Bukankah ini akibat tak tercapainya asa?
Bernama apalagi kalau bukan kecewa?
Mada.
Sebuah Pengakuan
Diposting oleh
Kantong Merah
on Minggu, 14 Februari 2016
/
Comments: (0)
Kali ini lagi-lagi aku mencium bau itu
bau yang sama pada saat ku terjatuh
apakah ini sebuah bau akan mulainya kesedihanku?
dengan percaya diri, ku katakan aku tangguh
Apakah kau tahu? Ketangguhanku sebenarnya palsu
Hanya sebuah ucapan imajinasi yang ku bangun dulu
Dan asal kau tahu, ku kira semua percaya akan hal itu
Sesungguhnya mereka tuli dan tak mau tahu
Akibat kebohongan hebatku akan sebuah ketangguhan
Mereka si tuli pun mengganggapku mempunyai segudang kekuatan
Alhasil aku tak pernah mendapatkan secuil perhatian
Karena, ku selalu menyembunyikan hati yang selalu berkoar
Entah mengapa aku selalu malu
Malu mengakui kerapuhanku
Entah mengapa aku selalu menjadi gagu
Gagu ketika ku akan mengakui semua itu
Kini saatku bak menari di atas paku
Sakit yang teramat itu hanya terlihat seperti batu
Sakit yang teramat itu hanya terlihat tak mengganggu
Dan ku rasa mereka hanya menganggap sebagai angin berlalu
Benar, ini benar. Ini adalah tumpukan duka
Tumpukan duka yang berasal dari luka
Tumpukan luka yang berasal dari kesedihan menganga
Lalu, dari mana kesedihan menganga itu berasal?
Jawabannya adalah dari aku
Dari diriku, dari diriku ketangguhan terlontarkan
Dari diri ini, dari diri ini kekuatan ku lemparkan
Dan faktanya, diriku sendirilah yang menciptakan kesedihan itu
Mada.
bau yang sama pada saat ku terjatuh
apakah ini sebuah bau akan mulainya kesedihanku?
dengan percaya diri, ku katakan aku tangguh
Apakah kau tahu? Ketangguhanku sebenarnya palsu
Hanya sebuah ucapan imajinasi yang ku bangun dulu
Dan asal kau tahu, ku kira semua percaya akan hal itu
Sesungguhnya mereka tuli dan tak mau tahu
Akibat kebohongan hebatku akan sebuah ketangguhan
Mereka si tuli pun mengganggapku mempunyai segudang kekuatan
Alhasil aku tak pernah mendapatkan secuil perhatian
Karena, ku selalu menyembunyikan hati yang selalu berkoar
Entah mengapa aku selalu malu
Malu mengakui kerapuhanku
Entah mengapa aku selalu menjadi gagu
Gagu ketika ku akan mengakui semua itu
Kini saatku bak menari di atas paku
Sakit yang teramat itu hanya terlihat seperti batu
Sakit yang teramat itu hanya terlihat tak mengganggu
Dan ku rasa mereka hanya menganggap sebagai angin berlalu
Benar, ini benar. Ini adalah tumpukan duka
Tumpukan duka yang berasal dari luka
Tumpukan luka yang berasal dari kesedihan menganga
Lalu, dari mana kesedihan menganga itu berasal?
Jawabannya adalah dari aku
Dari diriku, dari diriku ketangguhan terlontarkan
Dari diri ini, dari diri ini kekuatan ku lemparkan
Dan faktanya, diriku sendirilah yang menciptakan kesedihan itu
Mada.