RSS

Masih Ingat Gue?

 Pagi ini udah setahun gue jadi gembel. Udah setahun gue lari dari kenyataan kalau gue emang seorang pecundang kacung. Eitsss, bukan sembarang gembel, bukan sembarang pecundang. Gue masih stay cool dengan semua atribut yang gue pakai sekarang, bedanya gue hanya sedikit, emm.. liar.  Orang tua gue belum tau keadaan anaknya yang beruntung ini karena mereka masih di luar negeri lima tahun terakhir.

Inti permasalahannya adalah gue di tinggalin cowok alay, terus gue depresi, nangis kejer, stop makan, difusi otak, lalu gue mati suri. HAHAHA. Right, gimana pendapat kalian dengar ocehan gue barusan? Apakah geli? Oh God, gue geli-__-
Tapi itu dulu, sekarang gue udah jauh, jauh lebih normal di antara orang gila. Gue sekarang lebih trendy dengan tindik di hidung dan tato tengkorak di telapak tangan. Dan rambut cepak ala Miley Cyrus.
Gue bosan jadi anak baik terus, kurang lebih 17 tahun gue jadi anak nurut, pendiam, cerdas, terampil, dermawan, and blablabla. Dan lo yang sekarang masih kayak patut nyobain gaya gue.

Dan semua itu berakhir ketika dia datang.....

--------

Siang ini, niatanya gue mau jalan ke daerah pecinta grafiti, gue ke sana bukan tanpa tujuan. Tapi, biar bisa jail nyoret-nyoret tembok kalau udah bisa. Sayang, GAGAL. Because what? Mantan gue yang kayak ekor ayam tiba-tiba ke rumah gue. Dia liat gue, kayak udah terpisah selama puluhan tahun.

  "Elo?" Tanya gue sambil menujuk ke mukannya.

  "Kirana, lo kok jadi....." Ucap dia syok sembari menujuk ke muka gue.

  "Lo ngapain ke sini hah? Masih punya tampang?"

  "Gue, gue mau minta ma'af ke lo Na." Jawabnya murung.

 "Dih, basi!  Lo liat gue sekarang! Lo yang buat gue kayak gini aja nyaris lupa tampang gue."

 "Dan karna itu gue ke sini mau minta ma'af, gue nyesel Na."

Tanpa basa-basi gue langsung ninggalin dia di ruang tengah. Syukur aja kunci mobil ada di saku celana, kalau enggak, mati gaya banget gue-_-

Gue nyetir tanpa arah, tapi entah mengapa feeling gue membawa gue ke garis pantai utara. Jujur aja gue tiba-tiba mabok. sungguh memalukan. tampang cool gaya trendy tapi mabok. Oke next, akhirnya gue parkir mobil di sebrang jalan, dan ber-huek ria.

 "Hei, lo gak apa-apa?" Kata seseorang sambil mengintip dari bawah melihat muka gue.

Gue cuma angkat tangan, beri kode kalau gue baik-baik aja. tapi kayaknya si monyet hutan yang entah dari goa mana gak tahu kode gue, lebih tepatnya gak bisa nerjemahin. Ujungnya dia malah pencet-pencet leher gue.

 "Apaan sih? Kenal enggak, pegang-pegang! berani lo sama gue?" Kata gue nyolot sembari menirukan jurus silat yang sebenarnya gue ngarang.

"Eh, gue orang baik, santai Bro. Tadi pas gue lewat aja, eh ada preman mabok.Hahahahah," Ketawanya meledak.

"Diem gak lo!" Jawab gue membela diri dengan muka bersemu merah.

"Ah, yaudah bye ."
Dia pergi ninggalin gue, dan gue baru sadar kalau gue gak tahu daerah ini.

"Weeeeeehh, wehhhh lo yang pake baju merah. Tunggu bentar, gue mau nanya."
Gue lari nyusul dia.

---

Dua jam gue nunggu si baju merah, ya..si cowok aneh, Joko. Namanya juga aneh, tapi cakepnya gak usah ditanya. Dia ternyata bukan orang sini juga, dia lagi liburan di sini. Tapi si baju merah itu udah cukup hafal daerah sini. jadi niatnya pas gue ceritain tetek bengek kenapa gue bisa ada di sini, dia punya itikad baik buat nganter gue sampai keluar garis pantai. Alhasil gue gak bisa dong nolak itikad baik orang. Satu yang gue syukurin sekarang adalah gak semua orang pura-pura jadi berandalan buat nutupin hidupnya, ya kayak gue.

"Gue udah siap, gue bawa mobil sendiri aja. biar gak ribet. Yuk, numpang gue. Mobil lo kan tadi masih di pinggir jalan."

"Ya." Jawab gue masih cetus.

"Judes amat bu." Jawab dia santai.

"Makan dulu aja ya, kan sayang lo jauh-jauh nyasar ke sini gak dapet apa-apa." Lanjutnya sambil tersenyum.

"Oke, thanks ya udah mau bantu gue." Sahut gue sembari tersenyum.

------

Gue makan di restoran seafood kecil, tapi ajnirrrrr bro kepiting asam manis-nya enak banget buset. Gue aja nambah tiga piring, Joko-si-baju-merah liat gue sampai mangap. tapi tetep, gaya gue kan udah kece abis tuh. Jadi gue sok cuek aja. Itulah untungnya jadi berandalan.

"Ma'af kata aja ya Na, lo kan cewe tuh. Lo aslinya imut si, tapi gara-gara pakai tindik di situ, lo jadi amit-amit. Ma'af kata. Hahahaha. "

"Eits, lo jangan salah, nih gue bosen aja jadi anak baik. Dulu gue juga cantik, kalem kok." Jawab gue membela diri.

"Dusta, dusta. Hahaha."

"Lo gak percaya? Liat nih." Kata gue sembari memperlihatkan foto gue jaman masih kalem.

"Buset! Ini mah operasi plastik ya? Apa foto orang lo ngaku-ngaku."

"Demi apapun itu gue."

"Gue ngerubah penampilan ya gara-gara...."

"Gara-gara mantan lo yang bikin lo nyasar ke sini selingkuh? Lanjut Joko.

"Enggak selingkuh, cuma ninggalin gue buat cewek lain."

"Nah!!!!!! Itu lebih nestapa Na! Tapi sama aja. Sama-sama pergi."

"Gue juga ke sini sebenarnya..... gara-gara tunangan gue meninggal pas di hari pernikahan gue. Dan lo tau kenapa dia bisa meninggal? Dia nyelamatin gue dari tiang lampu yang jatuh. Tapi sayang, saat gue udah diselamatin dia. Gue gak bisa nyelamatin nyawanya. Lo pasti tau rasanya kayak apa."

"Ya Tuhan Jokooooo." Respon gue kaget.

" Jadi, lo mending ending-in deh gaya berandal lo yang konyol itu. Lo masih bisa liat mantan lo senyum kan? Lo masih bisa liat mantan lo bahagia walaupun lo sakit. Beda sama gue, selain sakit tunangan gue gak bisa hidup lagi kan."

"Gue....gue...." Gue membisu.

---

Detik itulah saat gue bertekad kembali ke Kirana yang masih kalem. Gue lepas tindik gue, gue benerin rambut gue, tapi gue gak ilangin tato tengkorak ini biar gue bisa inget saat gue masih jadi berandalan.

Pada saat itu juga, gue dan si aneh baju merah semakin dekat. dan gue harap akan lebih dekat lagi.
Dan satu pesan dari gue:

"Berbuat baiklah lebih dahulu kepada dirimu sendiri, karena dengan itu hidup akan membuat dirimu jauh lebih baik."


NN


 









0 komentar:

Posting Komentar